Bismillah itu pembuka surah
Dengan Nama ALLAH Yang Maha Rahmah
Duhai saudaraku hamba yang lemah
Mari meningkatkan amal ibadah
Anak dara memakai selendang
Selendang dari negeri seberang
Menyambut puasa yang hampir datang
Sungguh hati terasa senang
Duhai hati yang rindu bersua
Bersua dengan ayah dan bunda
Jika Ramadhan telah tiba
Hati yang gundah jadi gembira
Buah kurma hidangan berbuka
Berbuka shiyam di senja kala
Wahai muslim di manapun jua
Sambutlah Ramadhan dengan ceria
Dara jelita sang pagar ayu
Senyum tersungging pada tetamu
Mengingat kejahilan dan dosa nan lalu
Hati tersentuh tertunduk malu
Ramadhan bersua pelipur diri
Penguji iman takwa di hati
Kepada ALLAH Yang Maha Suci
Sudilah ampunkan hamba abdi
Alhamdulillah kalimah tasyakur
Kepada Allah Yang Maha Ghafur
Duhai muslimin yang pandai bersyukur
Mari bersimpuh sujud tersungkur
MARHABAN YAA RAMADHAN...!
Senin, September 15, 2008
Minggu, September 14, 2008
Keutamaan Puasa Ramadhan
Dengan puasa Ramadhan Allah mengampuni dosa orang yang berpuasa dan
memaafkan semua kesalahannya,
Nabi SAW bersabda:
"Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu". (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Puasa Ramadhan tidak terhingga pahalanya, karena orang yang berpuasa akan
mendapatkan pahala tanpa batas. Setiap muslim amalannya akan diganjar
sebesar 10 hingga 700 kali lipat, kecuali puasa. Firman Allah di dalam
hadits qudsi,
"...Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
mengganjarnya, ia menahan nafsu dan makan karena-Ku." (HR. Muslim)
Puasa dapat membuka pintu syafa'at nanti pada hari Kiamat. Rasulullah SAW
bersabda,
"Sesunggunya puasa dan bacaan al-Qur'an memberi syafa'at kepada pelakunya
pada hari Kiamat. Puasa berkata, "Ya Tuhanku aku telah menahan hasrat makan dan syahwatnya, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa'at kepadanya.
Berkata pula al-Qur'an, "Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur
untuk qiyamullail, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa'at
kepadanya. Nabi bersabda, "Maka keduanya diberikan izin untuk memberi
syafaat." (HR. Ahmad).
memaafkan semua kesalahannya,
Nabi SAW bersabda:
"Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu". (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Puasa Ramadhan tidak terhingga pahalanya, karena orang yang berpuasa akan
mendapatkan pahala tanpa batas. Setiap muslim amalannya akan diganjar
sebesar 10 hingga 700 kali lipat, kecuali puasa. Firman Allah di dalam
hadits qudsi,
"...Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
mengganjarnya, ia menahan nafsu dan makan karena-Ku." (HR. Muslim)
Puasa dapat membuka pintu syafa'at nanti pada hari Kiamat. Rasulullah SAW
bersabda,
"Sesunggunya puasa dan bacaan al-Qur'an memberi syafa'at kepada pelakunya
pada hari Kiamat. Puasa berkata, "Ya Tuhanku aku telah menahan hasrat makan dan syahwatnya, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa'at kepadanya.
Berkata pula al-Qur'an, "Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur
untuk qiyamullail, maka berilah aku izin untuk memberikan syafa'at
kepadanya. Nabi bersabda, "Maka keduanya diberikan izin untuk memberi
syafaat." (HR. Ahmad).
Golongan Manusia Dalam Berpuasa
Puasa diwajibkan kepada setiap muslim, baligh, mampu dan bukan dalam keadaan musafir (bepergian).
Orang kafir tidak diwajibkan berpuasa dan jika ia masuk Islam tidak
diwajibkan mengqadha' (mengganti) puasa yang ditinggalkannya selama ia belum
masuk Islam.
Anak kecil di bawah usia baligh tidak diwajibkan berpuasa, tetapi dianjurkan
untuk dibiasakan berpuasa.
Orang gila tidak wajib berpuasa dan tidak dituntut untuk mengganti puasa
dengan memberi makan, walau pun sudah baligh. Begitu pula orang yang kurang akalnya dan orang pikun.
Orang yang sudah tidak mampu untuk berpuasa disebabkan penyakit, usia
lanjut, sebagai pengganti puasa ia harus memberi makan setiap hari satu
orang miskin (membayar fidyah).
Bagi seseorang yang sakit dan penyakitnya masih ada kemungkinan untuk dapat disembuhkan, jika ia merasa berat untuk menjalankan puasa, maka dibolehkan baginya tidak berpuasa, tetapi harus mengqadha'nya setelah sembuh.
Wanita yang sedang hamil atau sedang menyusui jika dengan puasa ia merasa
khawatir terhadap kesehatan dirinya dan anaknya, maka dibolehkan tidak
berpuasa dan kemudian mengqadha'nya di hari yang lain.
Wanita yang sedang dalam keadaan haidh atau dalam keadaan nifas, tidak boleh berpuasa dan harus mengqadha'nya pada hari yang lain.
Orang yang terpaksa berbuka puasa karena hendak menyelamatkan orang yang hampir tenggelam atau terbakar, maka ia mengqadha' puasa yang ditinggalkan itu pada hari yang lain.
Bagi musafir boleh memilih antara berpuasa dan tidak berpuasa. Jika memilih
tidak berpuasa, maka ia harus mengqadha'nya di hari yang lain. Hal ini
berlaku bagi musafir sementara, seperti berpergian untuk melaksanakan umrah,
atau musafir tetap, seperti sopir truk dan bus (luar kota), maka bagi mereka
boleh tidak berpuasa selama mereka tinggal di daerah (negeri) orang lain dan
harus mengqadha'nya.
Orang kafir tidak diwajibkan berpuasa dan jika ia masuk Islam tidak
diwajibkan mengqadha' (mengganti) puasa yang ditinggalkannya selama ia belum
masuk Islam.
Anak kecil di bawah usia baligh tidak diwajibkan berpuasa, tetapi dianjurkan
untuk dibiasakan berpuasa.
Orang gila tidak wajib berpuasa dan tidak dituntut untuk mengganti puasa
dengan memberi makan, walau pun sudah baligh. Begitu pula orang yang kurang akalnya dan orang pikun.
Orang yang sudah tidak mampu untuk berpuasa disebabkan penyakit, usia
lanjut, sebagai pengganti puasa ia harus memberi makan setiap hari satu
orang miskin (membayar fidyah).
Bagi seseorang yang sakit dan penyakitnya masih ada kemungkinan untuk dapat disembuhkan, jika ia merasa berat untuk menjalankan puasa, maka dibolehkan baginya tidak berpuasa, tetapi harus mengqadha'nya setelah sembuh.
Wanita yang sedang hamil atau sedang menyusui jika dengan puasa ia merasa
khawatir terhadap kesehatan dirinya dan anaknya, maka dibolehkan tidak
berpuasa dan kemudian mengqadha'nya di hari yang lain.
Wanita yang sedang dalam keadaan haidh atau dalam keadaan nifas, tidak boleh berpuasa dan harus mengqadha'nya pada hari yang lain.
Orang yang terpaksa berbuka puasa karena hendak menyelamatkan orang yang hampir tenggelam atau terbakar, maka ia mengqadha' puasa yang ditinggalkan itu pada hari yang lain.
Bagi musafir boleh memilih antara berpuasa dan tidak berpuasa. Jika memilih
tidak berpuasa, maka ia harus mengqadha'nya di hari yang lain. Hal ini
berlaku bagi musafir sementara, seperti berpergian untuk melaksanakan umrah,
atau musafir tetap, seperti sopir truk dan bus (luar kota), maka bagi mereka
boleh tidak berpuasa selama mereka tinggal di daerah (negeri) orang lain dan
harus mengqadha'nya.
Ramadan alMubarak
riuhsepi dingin dinihari
kumamah kalimah mengharap redha Illahi
sepajang hari meletakkan zahiri dan batini
di atas waras iman dijelajahi
kujelajahi kegelisahan yang dahaga
letih meniti hari mengutuh peribadi
tangkas menepis serangan sendiri
musuh dan lawan mengharum suci
ketika siap berbuka
kemenangan pula dahagakan cabaran lain
tarawih dan witir menjelmakan insan fakir
khusyuk patuh tunduk ke langit
ramadan almubarak
semarak kasih Illahi tak kemarau
gemuruh iman menakluk cahaya pedoman
hari-hari melayari kehidupan.
kumamah kalimah mengharap redha Illahi
sepajang hari meletakkan zahiri dan batini
di atas waras iman dijelajahi
kujelajahi kegelisahan yang dahaga
letih meniti hari mengutuh peribadi
tangkas menepis serangan sendiri
musuh dan lawan mengharum suci
ketika siap berbuka
kemenangan pula dahagakan cabaran lain
tarawih dan witir menjelmakan insan fakir
khusyuk patuh tunduk ke langit
ramadan almubarak
semarak kasih Illahi tak kemarau
gemuruh iman menakluk cahaya pedoman
hari-hari melayari kehidupan.
Rabu, September 10, 2008
Langganan:
Postingan (Atom)